Jumat, 27
April 2018.
Hari dimana siswa-i kelas 11 SMAK Kanaan pergi untuk melakukan
kegiatan live in di Desa Plono Pagerharjo Samigaluh Kulon Progo, Yogyakarta.
Live ini berlangsung selama 5 hari (27 April 2018 – 2 Mei 2018). Kegiatan live
ini akan menjadi suatu pelajaran untuk kami, untuk bisa belajar hidup mandiri
dan hidup sederhana. Kegiatan live in ini mengajarkan aku banyak pengalaman
hidup yang berharga. Dimulai dari perjalanan kami pada 27 April jam 7 malam. Hal
yang pertama aku pikirkan dan rasakan saat menaiki bus tersebut adalah “duh gua
gasabar banget buat nyampe desa itu”. Seneng dan penasaran. Kami menghabiskan
waktu kurang lebih 21 jam di perjalanan. 21 jam itu dipotong dengan beberapa
kali kami singgah di rest area. Aku sama sekali tidak meresahkan kenapa lama
banget tidak sampe, karna selama perjalanan aku menghabiskan waktu untuk
bermain di dalam bis dan tidur. Jadi 21 jam itu tidak terlalu terasa.
21 jam
telah berlalu, saat sesampainya disana, kami disambut dengan penuh suka cita
oleh warga Desa Plono. Kami tiba kurang lebih jam 4 sore. Saat kami turun dari
bus, kami langsung berjalan menuju Gereja Kristen Jawa yang letaknya kurang
lebih 1km dari titik kami turun dari bus untuk berkumpul bersama warga Desa
Plono. Kami diberi waktu untuk makan dan minum yang sudah disediakan oleh warga
Gereja.
Sesudah dari itu, dilanjutkan dengan kata sambutan dan lain-lain. Salah
seorang warga desa mengatakan bahwa mereka sudah menunggu kehadiran kami dari
jam 7 pagi, mereka bolak-balik Gereja hanya untuk menunggu kehadiran kami.
Setia banget ya mereka hehe. Lanjut ke sesi pembagian orang tua angkat yang ada
disana. Satu keluarga ditempat tinggali 2/3 orang murid Kanaan. Aku kedapetan
serumah bareng Hellen dan Vania. Aku tinggal dalam keluarga bersama ibu asuhku,
ibu Mukinem. Di dalam satu rumah, ibu Mukinem tinggal bersama suaminya, adik
ibu Mukinem dan anaknya. Ibu Mukinem tidak bekerja. Ibu mukinem sebagai ibu
rumah tangga. Suami Ibu Mukinem bekerja sebagai buruh.
Sore menjelang malam pun
tiba, di rumah Ibu Mukinem aku mulai beres-beres dan setelah itu makan malam
bersama keluarga Ibu Mukinem. Tapi pertama kali aku merasakan kesederhanaan
dimana aku harus mandi dengan keadaan kamar mandi yang tidak sepenhnya
tertutup. Malam hari aku juga terganggu dengan adanya suara jangkrik. Selepas
dari itu, aku dan temanku beranjak untuk istirahat.
Minggu, 29
April 2018.
“Sugeng Enjang mba jenny”, kalimat yang keluar dari mulut Ibu
Mukinem saat aku membuka pintu kamarku. Hari itu aku dan Hellen pergi bersama
adik Ibu Mukinem ke pasar untuk membeli jamu. Pulangnya, aku siap-siap untuk
pergi ke Gereja untuk melakukan ibadah Minggu pagi. Sesampainya di Gereja, kami
anggota paduan suara menyanyikan satu persembahan. Ada bagian yang mengajar
sekolah Minggu, dan ada yang menyanyikan persembahan. Setelah melakukan ibadah
Minggu pagi, kami melanjutkan aktifitas kami untuk pergi hiking. Ibunya bawain
bekal enak loh hehehe. Kami hiking menggunakan truk. Seru banget pemandangannya
bagusssss. Kami menghabiskan waktu di atas gunung kurang lebih 2-3 jam.
Setelah
pulang dari hiking, kami diberikan waktu untuk beristirahat di rumah orang tua
asuh masing-masing. Sorenya kami disuru berkumpul di Gereja untuk latihan acara
malam perpisahan untuk keesoan harinya. Pulang dari latihan, dirumah kami
menghabiskan waktu bersama keluarga Ibu Mukinem. Sekitar jam 10 malam, aku,
Hellen dan Vania membantu ibunya menggoreng sayur. Setelah itu kami lanjut
untuk beristirahat.
Senin, 30 April 2018.
Diawali dengan
kalimat yang membuat semangat, “Sugeng enjang mba Jenny sarapannya jangan lupa
dimakan, sudah ibu buatkan”, kata Ibu Mukinem. Secangkir teh manis dan tempe
goreng yang membuat pagiku lebih semangat untuk melakukan suatu aktifitas. Pagi
itu adalah pagi dimana kami melakukan bakti sosial. Aku mengantarkan ibuku ke
Gereja untuk mengambil sembako. Lalu setelah itu, kami melanjutkan aktifitas
kami untuk melakukan gladi bersih untuk acara malam perpisahan di hari itu.
Setelah melakukan gladi bersih, kami diberikan waktu untuk menonton pertunjukan
karawitan.
Waktu pun telah berlalu, tiba saatnya malam terakhir yaitu malam
perpisahan. Malam perpisahan yang menunjukan banyak penampilan seperti
penampilan drama dari anak-anak perwakilan setiap kelas dari sekolah kami, cup
song dan tepuk beat, serta penampilan musik. Suasananya benar-benar hangat,
warga disana sudah menganggap kita seperti keluarga mereka sendiri. Semua
penampilan berjalan lancar, walau ada sedikit masalah kelas yang harus
diselesaikan. Warga Desa Plono semua senang dan bersuka cita dengan adanya
penampilan-penampilan tersebut. Malam perpisahan pun berakhir.
Selasa, 01 Mei 2018.
Hari dimana kami
berpisah dengan orang tua asuh kami. Kami diberikan waktu sampai jam 10 pagi
untuk bersiap-siap pulang ke Jakarta. Ibu Mukinem memberikan kami oleh-oleh
untuk kami bawa pulang ke Jakarta. Tidak lupa juga aku memberikan
kenang-kenangan untuk keluarga Ibu Mukinem. Rasanya tak ingin waktu cepat
berlalu. Sebelum aku pulang ke Jakarta, aku menanyakan banyak hal tentang Ibu
Mukinem, lalu kami tukeran nomor telepon agar kami bisa saling komunikasi saat
aku sudah samapi di Jakarta.
Terlebih saat waktu detik-detik kami mau pulang ke
Jakarta, tak tega rasanya meninggalkan mereka, ada anak-anak yang sampai
menangis saat mau pulang. Orang tua angkat kita pun ikut menangis. Jam 10 pagi
pun tiba, waktunya kami untuk pamit untuk pulang ke Jakarta. Berat hati rasanya
untuk meninggalkan Ibu Mukinem. Tapi gapapa, karna kami masih bisa
berkomunikasi.
Perjalanan pun mulai berlanjut. Kami singgah ke salah satu tempat
di Yogyakarta, Malioboro. Kami diberi waktu untuk menghabiskan waktu bersama di
Malioboro. Kami belanja oleh-oleh dan lain-lain. Lalu setelah waktu habis, kami
berkumpul kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan kami ke Jakarta.
Melalui pengalamanku di Desa Plono, aku menyadari bahwa betapa
berharganya kebersamaan itu, dan betapa berharganya keluarga, keluarga yang
saling menyayangi, dan saling menjaga satu sama lain. Aku merasa sangat
bersyukur dengan apa yang aku miliki dan ada saat sekarang ini. Di Desa Plono,
suatu pengalaman yang tak akan terlupakan sampai kapanpun.
“Suatu perjalanan memang melelahkan. Tapi ingat, Tuhan tidak memberi
perjalanan yang melelahkan tanpa ada balasan keindahan”
“Hidup tak selalu sempurna. Yang terjadi tak selalu kita suka. Tetapi
kita bisa selalu bahagia dengan cara mensyukuri segala sesuatu yang ada”
No comments:
Post a Comment